Umumnya kita mengenal Walisongo hanyalah sembilan orang yaitu : Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati
Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dakwah atau Dewan Mubaligh. Apabila salah seorang dari dewan tersebut pergi atau meninggal dunia maka akan segera diganti oleh wali lainnya.
Seperti tersebut dalam Kitab Kanul Ukuk Ibnul Bathuthah yang penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga kali yaitu :
Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti yang wafat.
Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH. Dachlan Abd. Qohar, pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal. Diantaranya adalah perkara Syekh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Walisongo.
1. WALISONGO PERIODE PERTAMA
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah kerajaan TUrki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat (India). Dari mereka Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Diantara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.
Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada para pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah. Isinya meminta para-para ulama yang mempunyai karomah un dikirim ke Pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta mempunyai karomah.
Pada tahun 808 Hijriah atau 1404 Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah :
Continue Reading